Legislator Jabar Lulusan London School Gelorakan Hari Parantau Jawa Barat

- Jumat, 22 November 2019 | 23:31 WIB
Yosa Octora
Yosa Octora

KESATUCO. Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang berada di Jakarta merupakan buah dari pemikiran brilian istri Presiden Soeharto, Presiden Republik Indonesia ke II, yakni Ibu Siti Hartinah Soeharto atau lebih dikenal dengan nama Ibu Tien.

Di tempat ini, seluruh warga masyarakat Indonesia bisa melihat semua kepulauan yang ada di Indonesia. Dari Sabang sampai Marauke bisa dijelajahi dalam waktu singkat dengan moda trasnportasi kereta gantung. Melalui kereta gantung masyarakat bisa melihat TMII sebagai gambaran keindahan keanekaragaman bangsa Indonesia.

Selain dibuat danau-danau yang menggambarkan kepulauan di Indonesia, disini juga ada berbagai miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya, termasuk keanekaragaman adat dan budayanya. Dengan demikian, bagi masyarakat yang merantau ke Jakarta atau sekitarnya kemudian merasa rindu dengan tanah kelahirannya, maka TMII bisa menjadi obatnya.
Anjungan Berbagai Provinsi

Uniknya lagi, di TMII ini dibuat juga anjungan-anjungan berbagai provinsi lengkap dengan ciri khasnya. Semisal Anjungan Provinsi Jawa Barat, maka di tempat ini terdapat beberapa ruangan yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan berbagai aspek budaya. Ada empat ruangan diantaranya, ruangan Jinem Pangrawit, Bangsal Pringgondani, Bangsal Prabayaksa dan Bangsal Dalem.

Begitupun dengan anjungan daerah lain seperti Anjungan Bali dan lainnya. Bagi masyarakat Jawa Barat yang sudah menginjakan kaki ke TMII di Jakarta pasti sudah bisa menggambarkan keindahan dan keunikannya. Pembangunan ini merupakan inovasi dan kreatifitas sekaligus peninggalan sejarah yang mampu membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta terhadap tanah air.

Pembangunan TMII tersebut nampaknya memberikan ide brilian kepada legislator di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat, Yosa Octora Santono S SI MM, dari Fraksi Partai Demokrat sekaligus anggota Komisi I. Alumni London School ini memiliki gagasan untuk membuat Diaspora Perantauan Jawa Barat di Anjungan Jawa Barat yang sudah ada di TMII.
Badan Penghubung Jawa Barat

Kepada kesatu, legislator dari Jabar 13 ini mengatakan, karena ada di Komisi I, maka pendekatan yang ia lakukan kepada masyarakat dengan condong kepada Badan Penghubung Jabar, yang kantornya ada di Jalan Pembangunan II No. 3-5, RT 9/RW 2, Petojo Utara, Jakarta Pusat.

"Kami semua para perantau yang memiliki rasa kangen terhadap tanah kelahiran, alangkah indahnya biro penghubung Jawa Barat ini bisa menjadi akselerator bagi semua parantau. Dengan adanya venue anjungan tersebut para perantau bisa mengobati rasa kangennya di tempat ini,"ujar pria berkacamata ini, saat berbincang dengan kesatu di ruang kerjanya.

Menurutnya, Pemerintah Pemprov Jabar itu harus bisa agar bagaimana menghidupkan Diaspora UKM (Usaha Kecil Menegah) di Jawa barat. Dengan apa apa, dengan bicara, ngobrol, sharing atau diskusi dan lainnya. Sebagai contoh, Yosa menyebutkan, ada salah satu anggota Diaspora yang sama terkenal, sejajar dengan Gubernur Provinsi Jabar, Ridwan Kamil. Siapa dia, namanya Anis Baswedan.

"Gubernur DKI, Anis Baswedan dia orang Kuningan. Harapannya kedepannya, saya punya mimpi ingin membuat Hari Perantau Jawa Barat. Saat itulah, para perantau dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri memiliki hari khusus. Melalui Anjungan Jawa Barat, mereka itu bisa meluapkan rasa kangennya di Jakarta. Bisa kangen-kangenanan di Jakarta di Biro Umum, yang nota benenya adalah Anjungan Jawa Barat," ujar putra dari Politikus Senior Partai Demokrat, H Amin Santono dan Hj Yoyoh Rukiyah ini.

Dikatakannya, badan Jawa Barat ada di Kota Bandung, tapi mukanya ada di TMII. Di Anjungan Jawa Barat para perantau bisa sharing tentang berbagai hal. Bicara tentang usaha apa, jual beli lapak warung, nonton wayang golek, nonton musik bareng dan hal lainnya. Dihadiri oleh gubernur, para pemimpin di berbagai daerah asal Jawa Barat. "Terlepas ada pertemuan politik itu hal yang wajar, paling tidak bisa mengobati rasa rindu," katanya.

Dengan cara seperti itu, masyarakat perantau bisa tahu tentang peristiwa di daerahnya masing-masing. Bisa saja membahas tentang Rutilahu di kampungnya, pembangunan jembatan, soal pendidikan dan lainnya. Kemudian history Jawa Barat disampaikan kepada masyarakat Jawa Barat yang ber KTP Jakarta atau diluar Jakarta.

Ketika para perantau dari Jawa Barat ini tidak sempat pulang ke kampung halamannya masing-masing, mereka bisa berkumpul di anjungan ini," ujarnya.
Meningkatkan Anggaran Badan Penghubung

Yosa mengatakan, contohnya Kabupaten Kuningan, hampir 45 persen adalah perantau yang memiliki basic sudah merantau sejak usia SMP. Mereka berjualan ke luar daerah dan sektor itu sudah terbukti mampu bertahan dari goncangan, walaupun ada gojek dan lainnya.

Untuk itu, politisi yang terpilih sebagai anggota legislatif dari Dapil 13 ini mengatakan, dengan posisinya duduk di komisi I DPRD Provinsi Jabar, maka ia berupaya bagaimana agar meningkatkan anggaran biro penghubung. Supaya masyarakat Jawa Barat yang nota bene berada di luar Jabar itu bisa berinteraksi dengan Paguyuban Kuningan, Barakuda (barudak rantau kuningan sunda), RWK (Rukun Warga Kuningan) dan P3K.

"Jadi badannya ada di Gedung Sate, sementara mukanya ada di Anjungan Jawa Barat TMII. Saat ada kunjungan ke sana, saya kasih masukan, buatlah paguyuban atau dewan diaspora yang isinya perwakilan kabupaten atau daerah mana saja. Mereka itu rindu diajak ngobrol masalah kampung. Mereka yang bekerja di Pertamina, di kepolisian, di DPR, di perusahaan besar itu semua adakalanya ingin membahas masalah kampung halamannya," katanya.

Ujar Yosa, masyarakat Jawa Barat yang berkumpul Anjungan Jabar, juga bisa berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi investasi, lowongan kerja, jual beli barang, inovasi masing-masing daerah dan lainnya. Intinya, melalui Anjungan Jawa Barat ini ada metode tentang bagaimana menghidupkan ekonomi agar lebih kokoh.

"Para perantau ini adalah para pahlawan tanpa tanda jasa, yang memiliki kreatifitas dalam bidang perekonomian. Apabila di anjungan itu hadir 150 ribu orang, kemudian ada transaksi Rp1 juta perorang saja, maka berapa uang yang akan berputar. APBD kuningan saja bisa kalah. Karena disaat itu, perputaran uang akan terjadi antara masyarakat Jawa Barat dari berbagai daerah," terangnya.

Bendahara HIPMI Provinsi Jabar ini juga menegaskan, bagaimana caranya Ridwan Kamil itu bisa diajari tentang esensial kekuatan Jawa Barat itu bukan di masyarakat Jawa Barat saja. Tapi bagaimana orang perantauan ini bisa dipeluk, bisa diajarin, dikasih pendekatan karena mereka bisa mempengaruhi hal positif ke tingkat bawah.

"Gubernur Ridwan Kamil itu seharusnya bisa membuat taman yang ada judulnya. Semisal Taman Perantau Kuningan, Pangandaran atau daerah. Disitulah dibuat elemen Kuningan atau daerah lainnya. Disana dibuat pusat kegiatan budaya, kesenian, UKM dan lainnya. Bukan taman jomblo atau taman Dilan yang tidak ada esensinya. Apa itu taman Dilan, siapa dan apa prestasi Dilan. Aneh saya," ujarnya sambil sedikit menggerutu.

Yosa kembali menegaskan, di Indonesia itu banyak sekali perantau. Mereka datang dari suatu daerah dan menetap atau bekerja di daerah lain. Tetapi kenapa tidak ada hari perantau Jawa Barat. Semisal pada hari perantau Jawa Barat itu ada parade atau festival, maka dari jalan tol Pasteur sampai Gedung sate tidak akan putus-putus.

"Dengan adanya Hari Perantau Jawa Barat, kemudian Pemprov Jabar ini membuat parade atau festival. Ditampilkan lah ciri khas perwakilan Kuningan, Subang, Bogor, Garut dan lainnya. Saya yakin masyarakat akan memiliki rasa bangga dan rasa cinta terhadap kampung halamannya. Itulah kekuatan Ridwan Kamil kalau dia paham," tambahnya. (aa)

Editor: Asep Ahmad

Tags

Terkini

Legislator Jabar Desak BPJS Dibubarkan

Rabu, 4 Maret 2020 | 14:04 WIB

Rawink Coffee, Garang Orangnya Garang Kopinya

Kamis, 2 Januari 2020 | 16:38 WIB

Sosok H Phinera Wijaya SE "Kang Icak"

Selasa, 26 November 2019 | 23:51 WIB
X