Bagaimana pula hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hakikat ini? Apakah beliau memiliki alat analisis? Apakah pada zaman itu sudah ada alat canggih seperti mikroskop? Bayangkan, 15 abad yang lalu, beliau bersabda, “Jika lalat jatuh di minuman salah seorang dari kalian, maka benamkanlah lalat tersebut, kemudian angkat kembali. Sebab, dalam salah satu sayapnya ada penyakit, sedangkan pada sayap lainnya terdapat obatnya,” (lihat: Al-I‘jaz Al-‘Ilmi, jilid 2, hal. 232). Sungguh itu wahyu yang diwahyukan, sekaligus sunah yang pasti sumber dan maknanya. Siapa pun yang mengingkarinya, maka ia akan terjatuh pada kekufuran. Marilah kita cermati ayat-ayat Allah yang terhampar di alam semesta, sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya, “Katakanlah, ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Namun, tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman’,” (QS Yunus [10]: 101). Wallahu a’lam. (*)
Penulis: M. Tatam
Sumber: islam.nu.or.id