Bulan Madu Demokrasi

- Kamis, 14 November 2019 | 16:06 WIB
IMG-20191114-WA0092
IMG-20191114-WA0092

"Jangan meremehkan rakyat kecil. Kita tidak akan bisa melakukan apapun tanpa peran serta rakyat dalam membangun bangsa ini"

MENITIPKAN pesan pada kontestan pemilu 2019 seolah menjadi obat mujarab di tengah problem kehidupan bangsa. Berharap pada perbaikan tatanan kehidupan sehari-hari hingga kesejahteraan sekaligus kemajuan negeri ini selaras dengan negara lain di dunia. Sebuah mimpi yang pernah disampaikan berapi-api oleh para pendiri negeri ini, sedetik setelah lepas dari cengkraman penjajahan.

Api pengabdian itu begitu indah disampaikan. Setiap detik dan jengkal wilayah di negeri ini merupakan lautan peluang bagi kontestan pemilu 2019 untuk meraih simpati. Tidak peduli apa yang akan harus dikorbankan ketika blusukan di lapangan; tenaga, fikiran hingga sedekah ke masyarakat.

Menjadi wakil rakyat adalah konsekuensi dari sistem politik kita yang menganut sistem keterwakilan. Setiap warga negara berhak sekaligus wajib, memilih dan dipilih untuk menunaikan tugas mulai penyambung aspirasi. Tinggal setelah itu pandai-pandai merawat sekaligus menjaga kepercayaan yang diberikan.

Seorang wakil rakyat harus membawa misi yang sarat dengan nilai pengabdian, agar masyarakat punya alasan kuat memilih dirinya. Mengingat nilai-nilai pengabdian adalah akar paling kuat untuk menciptakan masyarakat adil sekaligus berkeadaban. Mampu memberikan semangat terus memperbaiki diri, masyarakat bangsa dan negara.

Wakil rakyat yang tidak punya komitmen menjaga aspirasi rakyat tidak layak untuk diberikan amanah. Sangat riskan untuk mempercayakan urusan sosial-masyarakat, pada seseorang yang belum mengerti hakikat keterwakilan itu sendiri. Baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, bahkan untuk kepentingan bangsa dan negara.

Tentu saja, dalam perjalanannya menjadi wakil rakyat itu mengalami dinamika. Ditunjukkan pemberitaan media massa, ada sebagian wakil rakyat yang tidak bisa menahan sifat dasar kemanusiaan itu sendiri. Yakni godaan dari dirinya, untuk menguasai; harta, tahta dan kehormatan.

Diperlukan sikap mawas diri yang kuat dari rayuan manis berkuasa. Kapan kekuasaan dipegang dengan tetap teguh ingat akan amanah mewakili masyarakat yang masih butuh banyak perhatian. Kekuatan menggoda itu datang dari kita sendiri, sekeliling hanya pemicu. Kalau bukan diri kita yang berusaha, tidak akan menghasilkan apa-apa meski dengan sanksi berat sekalipun. Hukuman hanyalah alat luar yang berguna sekedar kesalahan yang kita lakukan.

Menjaga diri sendiri adalah sulit dan membosankan. Kita seringkali pandai berucap untuk segala kekurangan yang luar sana. Membeberkan dengan segala bukti kuat beragam, tapi akan sulit mengakui kekurangan yang ada dalam dir kita sendiri. Butuh kedewasaan istimewa untuk menyadari semua potensi melakukan kesalahan, yang pada akhirnya itu terletak dalam diri kita sendiri.

Dalam batas paling sempurna, menjadi wakil rakyat itu terletak pada kemampuan untuk mengelola potensi diri itu. Jika seorang wakil rakyat itu mampu memimpin dirinya, maka akan mampu mengatur orang terdekat hingga wilayah negara-bangsa.

Jangan bermimpi untuk mengubah dunia, tapi mencoba berbuat untuk diri sendiri lebih baik, niscaya perubahan dunia itu akan terjadi secara bertahap.

Wakil rakyat yang gagal mempimpin dirinya, mustahil bisa mengatur urusan negara-bangsa yang rumit dan beragam. Mereka lebih mementingkan berburu rente dengan baju perwakilan. Akhirnya tersisa berita buram di media saat sama kita semua menyepakati proses demokrasi berkualitas dan beradab.

Prilaku mereka adalah tanda bahaya dalam demokrasi yang memakan induk semangnya. Demokrasi hanya alat untuk meraih kekuasaan seolah sesuai dengan kehendak nurani rakyat. Padahal menjadi wakil rakyat itu harus mendahulukan kepentingan umatnya, bukan meraih kepentingan jangka pendek dengan limpahan materi yang didapat bukan dengan cara wajar.

Ternyata bulan madu tidak pernah lama. Boleh jadi sebagian besar rakyat setia pada wakilnya, tapi pembawa amanah pindah ke lain hati. Tragis dan menyesakkan.(*)

Penulis:

Muhtar Sadili, Pengasuh Pesantren Assalam Plered Purwakarta

Editor: Redaktur 1

Terkini

Politik Kalem Ade Barkah

Kamis, 30 Juli 2020 | 16:20 WIB

Rezim Anti Rakyat

Kamis, 14 Mei 2020 | 15:43 WIB

Ada "Dramaturgisme" dalam Covid-19

Kamis, 30 April 2020 | 17:01 WIB

Kader HMI Berbagi Lewat #DapurOnline

Selasa, 14 April 2020 | 18:43 WIB

Idealitas Intelektual dalam Ruang Publik Pilkada

Sabtu, 21 Maret 2020 | 19:00 WIB
X