Rendahnya Deteksi Dini, Angka Kematian Akibat Kardiovaskular hingga Jantung Tinggi di Indonesia

- Selasa, 12 Juli 2022 | 20:30 WIB
ilustrasi -- tanda penyakit jantung yang lebih tinggi bisa jadi terlihat dari pola kebotakan pria, kerutan dahi, dan lipatan daun telinga menunjukkan risiko penyakit jantung tetapi bukan kematian karenanya. (Freepik)
ilustrasi -- tanda penyakit jantung yang lebih tinggi bisa jadi terlihat dari pola kebotakan pria, kerutan dahi, dan lipatan daun telinga menunjukkan risiko penyakit jantung tetapi bukan kematian karenanya. (Freepik)

KESATU.CO- Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini menjadi salah satu akibat tingginya kematian akibat penyakit kardiovaskular atau PKV hingga jantung di Indonesia.

Hal ini disampaikan Guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia atau UI, Prof Dr dr Sukman Tulus Putra, belum lama ini.

Menurut Prof Dr dr Sukman Tulus Putra, selain rendahnya kesadaran masyarakat untuk deteksi dini. Intervensi pun menjadi salah satu faktor tingginya kematian akibat penyakit kardiovaskular hingga jantung pada anak dan dewasa di Indonesia.

“Sekitar 90 juta anak termasuk dewasa di dalamnya berisiko terkena penyakit kardiovaskular hingga jantung karena mungkin akibat minimnya kesadaran untuk mendeteksi dan mengintervensi (pencegahan),” tutur Prof Dr dr Sukman Tulus Putra dalam siaran pers diterima KESATU.CO, Jakarta, Selasa, 12 Juli 2022.

Baca Juga: BMKG Imbau Masyarakat Pesisir Waspada terhadap Gelombang Tinggi 1,25 Sampai 6 Meter

Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan data WHO di Indonesia pada tahun 2016, 35 persen dari total jumlah kematian yakni, 1.863.000 diantaranya karena penyakit kardiovaskular hingga jantung, dan 12 persen karena kanker, sisanya karena penyakit tidak menular lainnya.

Mengingat masih tingginya angka kematian akibat PKV hingga jantung tersebut, maka diperlukan strategi dan langkah yang kongkrit untuk melakukan pencegahan penyakit kardiovaskular hingga jantung untuk anak atau dewasa dengan melibatkan semua sektor terkait.

Deteksi faktor risiko penyakit kardiovaskular dan jantung secara individual serta intervensi pada masa anak dan remaja merupakan strategi yang sangat penting untuk menurunkan risiko PKV pada usia anak hingga dewasa.

“Identifikasi dan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut pada anak dan remaja merupakan upaya untuk mencegah dan menurunkan kejadian PKV termasuk penyakit jantung koroner,” jelas dia.

Baca Juga: Waspada Anak Sekolah hingga Dewasa Paling Berisiko Terkena Penyakit Kardiovaskular

Sehingga diperlukan strategi dan langkah yang kongkrit dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri,” kata dia.

Ia menambahkan, di 2030 PKV dan jantung diproyeksikan menjadi penyebab kematian utama dan terbanyak di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Penyakit kardiovaskular bakal menjadi penyebab kematian utama terbanyak di seluruh dunia termasuk Indonesia, dan negara lainnya yang umumnya berpenghasilan rendah dan menengah.

“Proyeksi kedepan akan terjadi kematian akibat kardiovaskular sebanyak 23 juta per tahun pada tahun 2030, dan akan menjadi penyebab kematian utama,” tambah dia.

“Saat ini terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat kardiovaskular, dan saat ini jumlah kematian karena penyakit kardiovaskular sudah diangka 31 persen dari seluruh total kematian di dunia,” sambung dia. ***

Halaman:

Editor: Fitri Rachmawati

Sumber: IDAI, PB IDI

Tags

Artikel Terkait

Terkini

El Nino dan Kiat Atasi Kulit Kering Yang Efektif

Sabtu, 5 Agustus 2023 | 11:08 WIB

Ini Manfaat Siwak Bagi Kesehatan Gigi dan Mulut

Kamis, 27 Juli 2023 | 19:16 WIB

10 Cara Menjaga Mood Selama Bekerja

Selasa, 25 Juli 2023 | 20:42 WIB

Ini Manfaat Konsumsi Jahe Untuk Kesehatan

Kamis, 13 Juli 2023 | 23:03 WIB
X